Langit Senja

Nikmati keindahan alam sekitar membuat pikiran anda akan lebih tenang.

Alam

Alam adalah masa depan anak cucu kita. Jika kita merusak alam maka kita merusak masa depan anak cucu kita.

Langit

Sedekat ini kita dengan langit, namun kita selalu menjauh dari-Nya.

Binatang

Lindungilah mereka

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Kamis, 30 April 2015

Rakyat Jerman Kurangi Makan Sosis karena Khawatir akan Kesehatan

Sumber gambar: Google.com
Rakyat Jerman, yang dikenal dengan kecintaan mereka akan sosis, mengurangi makan daging dan lebih banyak mengonsumsi makanan vegetarian karena kekhawatiran yang meningkat akan kesehatan, kesejahteraan hewan, dan dampak negatif peternakan untuk lingkungan.. 

Konsumsi daging stabil atau menurun di mayoritas negara maju. Namun, pergeseran ini terutama menonjol di Jerman, produsen daging babi terbesar di Eropa dan tempat asal 1.500 ragam sosis, termasuk yang difavoritkan di Berlin, yakni curry-wurst.

Perubahan kebiasaan terkait makanan ini stabil, tetapi bukan ke arah spektakuler. Industri makanan menghadapi fakta bahwa sosis, dan daging secara umum, tidak akan lagi menempati posisi terhormat dalam budaya nasional Jerman.
Partai Greens memicu kehebohan pada 2013 dengan meminta kantin-kantin pekerja sektor publik untuk menyediakan hanya makanan vegetarian seminggu sekali. Selain itu, meski minoritas Muslim yang jumlahnya besar menghindari daging babi, daging-daging lain, seperti kambing, tetap populer di kalangan mereka.
Meski demikian, konsumsi daging secara keseluruhan jatuh tahun lalu menjadi 60,1 kilogram per orang dari 62,8 kilogram pada 2011. Meski masih di atas rata-rata global, jumlah itu setengah dari yang dimakan rata-rata orang Amerika.
Tren ini sepertinya akan berlanjut di negara yang memiliki jumlah komunitas vegetarian yang kecil, tetapi meningkat. Perusahaan data pasar, Euromonitor, memperkirakan bahwa konsumsi daging segar Jerman akan jatuh 2,9 persen pada 2019, setelah turun 1,2 persen pada 2014, rekor tertinggi di dunia selain di Yunani, yang kini sedang tertimpa resesi.
"Orang-orang lelah dengan banyaknya skandal. Selain itu, ada ketertarikan besar mengenai bagaimana binatang diperlakukan, dan apa dampak konsumsi pribadi terhadap dunia," ujar Christina Chemnitz, ahli pertanian di Heinrich Boell Institute, lembaga pemikiran yang berafiliasi dengan Partai Greens di Jerman.
Kekhawatiran warga Jerman meluas, dari soal antibiotik dalam daging, dampak kesejahteraan dari peternakan pabrik skala besar, sampai penebangan hutan hujan untuk membuka lahan perkebunan yang bukan untuk manusia, melainkan untuk pakan ternak.
(Sumber: internasional.kompas.com)
 

Gigi Berlubang Pada Anak Dapat Menurunkan Prestasi Di Sekolah

Anak-anak yang mengalami sakit pada gigi berlubang kecenderungan lebih banyak tidak masuk ke sekolah, mau tidak mau kondisi ini juga mempengaruhi prestasi belajar murid.

Pepsodent berhasil melakukan penelitian yang dilakukan bersama Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Kedokteran Gigi Pencegahan FKG UI mengenai masalah kesehatan gigi dan mulut. Penelitian dilakukan di sekolah dasar Bekasi. Penelitian terhadap 984 responden dari tiga SD di daerah Bekasi memperlihatkan fakta bahwa 94 persen anak usia 6-7 tahun mengalami sedikitnya satu gigi berlubang pada gigi susu. Masalah yang sama juga dialami anak usia 10-11 tahun sebanyak 82 persen pada gigi tetap mereka. 

"Pepsodent meyakini bahwa gigi berlubang tak hanya membuat anak mengalami rasa sakit, namun juga akan mempengaruhi kehadiran anak di sekolah," papar drg. Ratu Mirah Afifah GCClinDent, MDSc selaku Head of Professional Relationship Oral Care PT. Unilever Indonesia, Tbk. saat ditemui di Hotel Mulia Senayan Jakarta Pusat Rabu 25 Februari 2015.
Terbukti, lanjutnya, ketika kami amati lebih lanjut dalam 2 bulan sebelum dan 2 bulan sesudah penelitian anak-anak dari kelompok umur 6-7 tahun yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka, memperlihatkan kecendrungan lebih banyak hari tidak ke sekolah dibanding pada anak yang tidak memiliki gigi berlubang. Jumlah hari tidak ke sekolah adalah 3 hari, sedangkan yang tidak memiliki gigi berlubang adalah 2 hari. 
Menurutnya, penelitian yang dilakukan Pepsodent dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama hampir setahun dengan delapan minggu program edukasi perawatan gigi tersebut tidak hanya melihat indikator kebersihan rongga mulut. Indeks plak dan pendidikan untuk perawatan gigi pada guru, murid, dan wali murid juga dilakukan.
Indeks plak tinggi yang ditemukan setelah melakukan pemeriksaan awal mencapai 49 persen pada anak usia enam sampai tujuh tahun dan 38 persen pada anak usia 10 sampai 11 tahun. Setelah intervensi dengan program edukasi perawatan gigi yang benar diberikan, penurunan dari angka sebelumnya mencapai 54 persen pada kelompok anak umur enam sampai tujuh tahun, sedangkan pada kelompok anak usia 10-11 tahun mencapai 66 persen.
"Plak memang musuh utama dari banyak masalah gigi, termasuk gigi berlubang. Oleh karena itu berapa kali menyikat gigi dan kualitasnya harus ditingkatkan sebagai kebiasaan baik untuk mencegah masalah gigi yang dapat mempengaruhi prestasi anak di sekolah," kata drg Ratu Mirah.
Fuad, seorang siswa sekolah dasar negeri 11, Kebon Jeruk dalam kesempatan yang sama juga berbagi cerita mengenai pengalaman sakit gigi yang pernah ia dialami.
"Waktu kelas 3 semester 1, saya sering sakit gigi. Kalau tidak masuk sekolah, saya tidur di kelas supaya sakitnya tidak terasa. Karena sering ketinggalan pelajaran, ranking saya turun dari 3 menjadi ranking 5," tuturnya, pada kesempatan yang sama.
Penelitian terhadap anak usia sekolah dasar, khususnya pada anak usia enam sampai tujuh tahun dan 10-11 tahun didasarkan pada alasan khusus. Drg Ratu Mirah mengatakan bahwa usia 6-7 dipilih karena pada usia tersebut anak masih memiliki gigi susu dan sudah mulai memiliki gigi permanen. Sementara anak usia 10-11 tahun sudah memiliki gigi permanen yang hampir lengkap.
"Ini menjadi pertimbangan kami untuk melihat sejauh mana kebiasaan membersihkan gigi dilakukan oleh anak-anak sampai mereka mulai menumbuhkan gigi permanen. Penelitian kami menemukan bahwa pada usia di mana gigi permanen baru tumbuh, masih ada masalah gigi berlubang. Oleh karena itu, edukasi dan intervensi kebersihan gigi sangat diperlukan sejak dini," tutup drg. Ratu Mirah sekaligus memberikan pesan kepada orang tua.
So Sahabat USee , jangan bosan-bosan ajarkan anak Anda untuk menyikat gigi 2 kali sehari, setelah sarapan pagi dan malam sebelum tidur ya! :)     
 (Sumber: www.vemale.com)