Kamis, 10 Oktober 2013

Peran Mahasiswa dalam Pemilu di Indonesia

 
Pesta politik empat tahunan yang rutin dilakukan di Indonesia selalu diwarnai dengan perseteruan para politisi. Lobi-lobi politik pada pemerintahan terjadi setiap acara ini diselenggarakan, tidak jarang para politisi rela merogoh kocek lebih dalam untuk membeli suara masyarakat yang nominalnya mencapai miliaran atau bahkan triliunan. Akibatnya setelah mendapatkan kekuasaan, mereka selalu mencari cara untuk mengembalikan dana yang telah mereka keluarkan sebelumnya. 
Citra buruk politik yang selalu digambarkan oleh pemerintah Indonesia mengakibatkan masyarakat menjadi lebih apatis, acuh pada pemerintahan sendiri bahkan tidak peduli terhadap apa yang terjadi kepada Negara ini. Bahkan saat ini banyak kaum muda atau mahasiswa yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada pemerintah namun memilih sikap diam, lantaran mereka beranggapan bahwa untuk memasuki dunia politik dan memberi perubahan pada Negara ini adalah hal yang mustahil.
Kesadaran mahasiswa dalam berpolitik saat ini harus ditingkatkan. Seperti yang kita ketahui dalam sejarahnya, yaitu seperti pada peristiwa Tritura, Supersemar, dan penggulingan rezim otoriter, pemuda mengambil peran penting dalam setiap peristiwa tersebut. Beberapa Organisasi kemahasiswaan yang mengambil sikap untuk melawan kebijakan pemerintah yang dirasa membebani masyarakat walaupun dengan aksi vandalisme tidak seharusnya kita salahkan. Terlepas dari aksi vandalisme mereka, setidaknya mereka telah berusaha untuk membela hak rakyat. Justru kita harus sadar akan pentingnya arti peranan mahasiswa dalam membimbing masyarakat untuk tidak terjerumus dalam money politic saat kampanye yang dilakukan para politikus.
Mahasiswa sebagai agent of change memiliki peranan yang sangat besar dalam memajukan dunia perpolitikan Indonesia. Lalu kenapa harus mahasiswa yang memegang peranan tersebut? Karena mahasiswa adalah masyarakat yang terdidik untuk kritis dalam segala hal. Kalau mahasiswa hanya menerima apa yang telah diberikan oleh dosen dalam kuliah tanpa menelaah lebih kritis, maka pengetahuan yang didapat hanyalah sebatas apa yang diberikan oleh dosen tersebut, tanpa mengetahui sumber kebenaran dari ilmu yang telah diberikan. Begitu pula dalam hal politik, mahasiswa dituntut untuk menyaring segala informasi yang didapat melalui berbagai media masa tentang apa yang terjadi dalam Negara dan menelaahnya secara kritis. 
  • Hasan al-Banna mengatakan: “Dalam setiap kebangkitan sebuah peradaban di belahan dunia manapun maka kita akan menjumpai bahwa pemuda adalah salah satu irama rahasianya”.
  • Bung karno berkata: “Beri aku seribu orang, dan dengan mereka aku akan menggerakkan Gunung Semeru! Beri aku sepuluh pemuda yang membara cintanya kepada Tanah Air, dan aku akan mengguncang dunia.” 
  • Pepatah arab mengatakan: “Syubanul yaum, rijalul ghad” artinya: pemuda/remaja dimasa sekarang ini pemimpin dimasa depan. “Inna fi yadi syubban amrol ummah, wa fi aqdamihim hayataha” artinya: sesungguhnya di tangan dan langkah pemudalah urusan dan hidupnya suatu umat/masyarakat. 
Ungkapan-ungkapan tersebut menandakan bahwa peranan mahasiswa dalam mempromotori masyarakat sangatlah penting. Karena mahasiswa belum terkait dengan kepentingan politik, mahasiswa masih bersifat netral (bebas nilai) dalam pergerakannya. Jadi, ketika mahasiswa berkomunikasi kepada masyarakat bukanlah untuk kepentingan suatu golongan politik, melainkan berdasarkan tanggung jawab insan intelektual dalam mengantisipasi adanya money politic.
Masa depan kehidupan politik yang bersih ada di tangan para intelektual muda. Setiap tindakan perlawanan terhadap politik yang bertentangan dengan norma-norma, maka timbal baliknya di masa depan adalah kehidupan berpolitik yang baik. Namun apabila mahasiswa sudah tidak lagi memperhatikan politik atau justru mendukung adanya money politic, maka kehancuran negara adalah masa depan yang tak terelakkan.
Dalam perguruan tinggi terdapat trilogy pendidikan yang salah satunya yaitu untuk mengabdi kepada masyarakat. Seharusnya, para intelek muda mampu membimbing masyarakat untuk menjadi lebih selektif dalam memilih calon pemimpin dan tidak terjerumus dalam money politic. Karena masyarakat menganggap bahwa saat mereka memilih pemimpin hasilnya akan sama saja, oleh karena itu masyarakat lebih memilih untuk menerima sejumlah uang yang diberikan oleh politisi pada saat pemilu dan memberikan suaranya kepada mereka.  Mahasiswa juga harus membimbing masyarakat agar tidak apatis terhadap pemerintahan. Karena dengan segala keburukan yang terjadi pada pemerintahan, justru kita ditantang untuk bangkit dan mulai membenahi carut-marut ini.
             

0 komentar:

Posting Komentar